KELOMPOK SOFTSKILL
4EB04
SEKTOR PERTAMBANGAN GCG
NAMA KELOMPOK :
ANI ANDRIYANI (21212009)
IRVAN LAMHOT S (28212141)
KRISTIANTO (242121229)
MUHAMMAD NUR CAHYO(24212663)
SEBASTIAN EDWIN W (26212892)
SITI AISAH (26211797)
PUJI ANDRIANTO (25212723)
Good Corporate Governance di BUMI
Good
Corporate Governance at BUMI
Sebagai
perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Bumi Resources Tbk.
(“BUMI” atau “Perseroan”) tidak hanya secara penuh berkomitmen untuk berpegang
teguhterhadap persyaratan-persyaratan yang diterapkan BEI, Badan Pengawas Pasar
Modal(Bapepam) serta lembaga pemerintah pembuat peraturan yang lainnya, tetapi
juga berdedikasi untuk menjunjung tinggi penerapan Good Corporate Governance
(GCG) yang sesuai dengan praktik terbaik internasional, khususnya bila hal
tersebut berbeda dengan standar lokal. Selain mentaati panduan yang disusun oleh
Indonesian Code of Good Corporate Governance (ICGCG) yang diterbitkan oleh National
Committee on Governance pada tahun 2006, tujuan mendasar adalah untuk memberikan
suatu sistem yang membantu memastikan pengelolaan perusahaan dan anak
perusahaannya berjalan dengan lancar, dan membantu para investor serta pemangku
kepentingan lain mendapatkan kepercayaan atas keputusan manajemen yang
dilakukan melalui penerapan lima prinsip GCG; transparansi, akuntabilitas,
tanggungjawab, independen dan kewajaran.Sampai saat ini, BUMI secara terus
menerus memperbaharui dan meningkatkan berbagai prosedur dan kebijakannnya dan
pada tahun 2008, BUMI mengambil langkah nyata dalam meningkatkan ruang lingkup
dan penerapan GCG di seluruh Perseroan. Salah satu kebijakan utama Perseroan
guna memperkuat dan mengakomodasi fungsi koordinasi aspek lingkungan, kesehatan,
dan keselamatan kerja (LK3), dan tanggung-jawab sosial Perusahaan (CSR) di dalam
maupun antara perusahaan dengan anak perusahaan, BUMI menetapkan struktur
organisai baru pada 22 September 2008.Untuk membantu manajemen dalam mengawasi
dan menilai kelayakan perilaku karyawan dan juga untuk penerapan yang lebih baik
dari Pedoman Perilaku yang telah diperbaharui pada Juni 2008,dibentuk Komite
Pedoman Perilaku pada 15 Juli 2008. Komite ini memiliki hak, kewajibandan
tanggung-jawab untuk memastikan bahwa semua aktivitas perusahaan dan karyawan
dilakukan sesuai dengan nilai utama Perseroan yaitu integritas,
keunggulan,profesionalisme dan keselamatan dan perlindungan lingkungan serta
sesuai denganhukum dan peraturan yang berlaku Selain menerapkan beberapa metode
manajemen risiko dan program whistle-blower (akan dibahas lebih lanjut),
manajemen pada tahun 2008 membentuk dua komite untuk mengatasi krisis ekonomi
global yang terus berkembang. Komite Hedging bertugas untuk mengelola fluktusi
harga bahan bakar dan batubara serta mata uang, dan Sub Komite Ekspansi
bertugas untuk memastikan bahwa rencanadan pelaksanaan proyek ekspansi
dilakukan secara memadai, dan memberikan hasil yang maksimal bagi Perseroan.
Semua kebijakan tersebut menunjukkan tujuan strategis Perseroan untuk meningkatkan
produksi dengan perilaku yang terkontrol dantetap mengikuti praktik terbaik
internasional
PT Bumi
Resources Tbk.
di luar
Indonesia pada umumnya akan menghadapi tantangan tersebut. Ketidakmampuan untuk
beradaptasi dan mempunyai sumberdaya yang mencukupi akan mengakibatkan
hilangnya kesempatan untuk mendapatkan proyek di luar Indonesia. Untuk mengatasi
risiko ini, Perseroan mempekerjakan para profesional setempat yang mempunyai
pengetahuan atas budaya, politik dan hukum setempat, mengangkat mitra kerja
stratejik yang baru dan sesuai yang dapat membantu menyelesaikan masalah yang tidak
dipahami Perseroan maupun kemampuan teknikal lainnya yang diperlukan dengan
lebih baik, serta membuat peringkat sistem
berdasarkan skema risiko untuk memprioritaskan rencana pengembangan proyek.
Risiko Transformasi
Sehubungan
dengan pertumbuhan Perseroan, struktur internal Perseroan akan berkembang
secara paralel. Hal ini termasuk pertambahan jumlah pekerja (baik jumlah maupun
kemampuannya), penerapan sistem informasi yang memadai, serta ketersediaan
manajemen eksekutif. Ketidakmampuan untuk mewujudkan hal di atas akan
mengakibatkan turunnya efisiensi operasi, ketidakmampuan untuk mendapatkan
proyek yang mempunyai potensi menguntungkan, dan ketidakmampuan manajemen yang ada
dalam menghadapi masa depan Perseroan. Rencana mitigasi yang dibuat termasuk
mempekerjakan tambahan personil yang mempunyai kualifikasi memadai di setiap
tingkatan, juga menerapkan suatu sistem informasi yang terintegrasi diseluruh
Perseroan dan selalu menyesuaikan / memperbaharui struktur organisasi.
Manajemen Proyek Yang Kurang Memadai
Ekspansi
proyek memerlukan rencana manajemen yang intensif dan tangguh guna mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Ekspansi ini seringkali kompleks dan sulit untuk dijalankan
kecuali didukung dan difasilitasi dengan sistem manajemen yang terstruktur dan
efektif. Komunikasi merupakan salah satu faktor utama dalam memastikan
efektifitas manajemen dalam menangani ekspansi dan bila tidak dilakukan akan
mengakibatkan rencana manajemen tidak akan dilaksanakan diseluruh unit usaha
secara menyeluruh. Suatu rencana manajemen yang rinci dan menyeluruh akan meningkatkan
proses keseluruhan, dan harus diikuti dengan suatu komunikasi yang terkendali
dengan pihak unit usaha. BUMI juga telah membentuk Sub Komite Ekspansi untuk
memastikan bahwa rencana dan pelaksanan proyek ekspansi dilakukan dengan baik
dan akan menghasilkan hasil yang paling maksimal bagi Perseroan, khususnya
dalam kondisi krisis keuangan ini dimana harga batubara mengalami penuerunan
Penerapan Good Corporate Governance
(GCG) Pada PT Pertamina
Pengertian GCG sebagai sebuah konsep, GCG ternyata tak
memiliki definisi tunggal. Komite Cadbury, misalnya, pada tahun 1992 – melalui
apa yang dikenal dengan sebutan Cadbury Report – mengeluarkan definisi
tersendiri tentang GCG. Menurut Komite Cadbury, GCG adalah prinsip yang
mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara
kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya
kepada para shareholder khususnya, dan stakeholder pada umumnya. Tentu saja hal
ini dimaksudkan pengaturan kewenangan Direktur, Manajer, Pemagang Saham, dan
pihak lain yang berhubungan dengan perkembangan perusahaan di lingkungan
tertentu. Centre for European Policy Studies (CEPS), punya foormula lain. GCG
papar pusat studi ini, merupakan seluruh sistem yang dibentuk mulai dari hak
(right), proses, serta pengendalian, baik yang ada di dalam maupun di luar
manajemen perusahaan. Sebagai catatan, hak di sini adalah hak seluruh
stakeholder, bukan terbatas kepada shareholder saja. Hak adalah berbagai
kekuatan yang dimiliki stakeholder secara individual untuk mempengaruhi
manajemen. Proses, maksudnya adalah mekanisme dari hak-hak tersebut. Adapun
pengendalian merupakan mekanisme yang memungkinkan stakeholder menerima
informasi yang diperlukan seputar kegiatan perusahaan. Sejumlah negara juga
mempunyai definisi tersendiri tentang GCG. Beberapa negara mendefinisikannya
dengan pengertian yang agak mirip walaupun ada sedikit perbedaaan istilah.
Kelompk negara maju (OECD), misalnya mendefinisikan GCG sebagai cara-cara
manajemen perusahaan bertanggungjawab kepada shareholder-nya. Para pengambil
keputusan di perusahaan haruslah dapat dipertanggungjawabkan, dan keputusan
tersebut mampu memberikan nilai tambah bagi shareholder lainnya. Karena itu
fokus utama disini terkait dengan proses pengambilan keputusan dari perusahaan
yang mengandung nilai-nilai transparency, responsibility, accountability, dan
tentu saja fairness. Tujuan Penerapan GCGPenerapan prinsip-prinsip GCG akan
meningkatkan citra dan kinerja Perusahaan sertameningkatkan nilai Perusahaan
bagi Pemegang Saham.Tujuan penerapan GCG adalah: 1. Memaksimalkan nilai
perusahaan dengan cara meningkatkan penerapan prinsip-prinsip transparansi,
kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan kewajaran dalam pelaksanaan
kegiatan perusahaan; 2. Terlaksananya pengelolaan Perusahaan secara profesional
dan mandiri; 3. Terciptanya pengambilan keputusan oleh seluruh Organ Perusahaan
yang didasarkan pada nilaimoral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku; 4. Terlaksananya tanggung jawab sosial
Perusahaan terhadap stakeholders ; 5. Meningkatkan iklim investasi nasional
yang kondusif, khususnya di bidang energi dan petrokimia Prinsip-prinsip Good
Corporate Governance (GCG) Prinsip-prinsip GCG adalah: 1.Transparansi
Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan
dalammengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan;
2.Kemandirian Keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa
benturan kepentingan danpengaruh / tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai
dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi
yang sehat; 3.Akuntabilitas Kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban Organ sehingga pengelolaanperusahaan terlaksana secara
efektif; 4.Pertanggungjawaban Kesesuaian didalam pengelolaan perusahaan
terhadap peraturan perundang-undangan yangberlaku dan prinsip-prinsip korporasi
yang sehat; 5.Kewajaran Keadilan dan kesetaraan didalam memenuhi
hak-hakstakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Penerapan GCG di Antam
Implementasi good corporate governance (GCG)
di PT Aneka Tambang (Antam) Persero Tbk mampu meningkatkan kinerja bisnisnya
secara signifikan. Bagaimana tahapan pelaksanaan GCG di BUMN ini? Direktur
Utama PT Antam, Tato Miraza, mengungkapkannya dalam presentasi, sebagaimana
dicatat Sigit A. Nugroho:
Apa perlunya GCG dalam perspektif pengelolaan pengetahuan?
Penerapan GCG yang konsisten diyakini akan
mengarahkan perusahaan untuk mencapai bisnis yang terus betumbuh dan
berkelanjutan. Ditambah sentuhan manajemen yang mumpuni akan lebih memantapkan
eksistensi perusahaan dalam persaingan global.
Mengelola pengetahuan dalam perusahaan supaya
pengelolaan perusahaan on the track. Kemudian meyakini bahwa knowledge
capital sebagai suatu sumber penting dan strategis, karena akan menjadi
jembatan penghubung antara disiplin/bidang ilmu yang berbeda untuk saling
berkomunikasi, berkoordinasi dan juga sebagai manual/panduan operasional
untuk mencapai tujuan bersama perusahaan. Ilmu/pengetahuan juga digunakan untuk
menjelaskan beberapa hal grey area untuk dicarikan pemecahannya.
Kami yakin GCG akan menciptakan nilai tambah.
Karena kalau perusahaan dikelola dengan baik dan amanah maka akan komptetitif, sustain
growth, high return, mendapatkan nilai yang optimal sehingga pada akhirnya value
added tersebut melahirkan happy manajemen, happy owner, happy community.
Visi Antam tahun 2020 adalah menjadi korporasi global berbasis pertambangan
dengan pertumbuhan sehat dan berstandar kelas dunia.
Apa strategi mencapai visi tersebut?
Untuk mencapai visi tersebut, sudah ada roadmap-nya.
Caranya, human capital harus excellence. Dalam human capital,
kita punya prinsip yang namanya BEST (Beyond expectation, Environmental,
Awareness, Synergized, parTnership). Untuk dapat menjalankan BEST, tiap
insan Antam harus memiliki live value, berupa PIONEER (Professionalism,
Integrity, Global mentality, Harmony, Excellence, Reputation). Lantas,
bagaimana seorang pemimpin di Antam dalam memimpin. Dia harus mempunyai apa
yang kita sebut SENSE (Speed, Energize, Respect, Courage). Itu semua
dibungkus dengan karakter yang disebut dengan IMAM (Integrity, Maturity,
Abundant Mentality) dan kriteria GCG yakni TARIF.
Kerangka pendekatan penerapan knowledge
management sebagai salah satu penunjang dalam pengelolaan bisnis perusahaan
dimulai dari culture and behavior, membangun infrastructure, process
& content.
Strategi implementasi GCG ada komitmen (corporate
governance commitment, good corporate commitment, dan good corporate
citizen). Kita komitmen dan sistemnya sudah dibangun dan berjalan. Sekarang
sudah berada pada tahapan kultur. Pembangunan kultur ini butuh waktu cukup lama
dan panjang. Dan berjalan dari atas sampai bawah.
Implementasi prinsip-prinsip GCG di Antam
didasari oleh nilai-nilai perusahaan dalam PIONEER sebagai ethical driven dan
dengan tersedianya soft structure berupa kebijakan perusahaan (yang
terdiri dari Pedoman Tatakelola Perusahaan, management policy dan SOP)
sebagai regulatory driven di mana hal ini menunjukkan bahwa Antam telah
mengintegrasikan nilai-nilai perusahaan dengan implementasi GCG secara
menyeluruh baik dari segi sasaran maupun strategi dan program. Implementasi GCG
di Antam berdasakan: pedoman umum GCG versi KNKG, ASX CG principles &
recommendation, Panduan GCG untuk BUMN, ASEAN Corporate Governance Scorecard,
dan komponen pendukung proses penerapan pengetahuan. Juga didasarkan pada
Program Intenalisasi (perspektif manajemen pengetahuan), serta Evaluasi dan
Tindak Lanjut atas feedback dari pelaksanaan internalisasi.
Seperti apa tahapannya?
Tahapan GCG di Antam mulai dari induction program.
BOC, BOD, komite, karyawan baru dilakukan induction tanpa kecuali. Tahap
kedua dilakukan assessment mulai dari assessment independent, self
assessment, dan survei internal Antam. Tahap ketiga adalah improvement,
implementation, dan tahap keempat adalah sosialisasi. Sosialisasi ini
dilakukan melalui training, workshop, ada program GCG champion, senior
leadership development program, dan program lainnya. Kemudian media
internal, melalui email, portal, majalah, dan media eksternal.
Tujuan dari penerapan knowledge management di
Antam untuk operation excellence. Jadi, menyeimbangkan pengetahuan, know
how, best practice dari unit bisnis yang memiliki kinerja yang baik kepada
unit bisnis lainnya. Sehingga diharapkan ini menular dengan sendirinya wlaupun
harus tetap melalui sistem agar terintegrasi.
Bagaimana cara membangun knowledge management?
Knowledge management dibangun melalui tiga
hal: manusia, proses, dan teknologi. Oleh sebab itu, ada 4 kriteria meliputi culture
& behavior, process, content serta infrastructure-nya sendiri.
Contoh, pada tahun 2010 Antam mengadakan pelatihan clinic advertise melalui
sharing untuk bagaimana perusahaan bertumbuh. Tahun 2012 ada Antam Sharing
Knowledge.
Di Antam tanggung jawab pengelolaan manajemen
pengetahuan dikoordinir oleh Learning & Development Division Head. Sebagai
contoh yang dikoordinir adalah terkait implementasi dan evaluasi efektivitas
proses melalui pembuatan MP dan SOP tentang knowledge management.
Cara menyetarakan atau menularkan pengetahuan seperti apa?
Antam menciptakan agent of change untuk
mendorong kegiatan seperti GCG Champion (tahun 2012 dan 2013 diikuti 20 orang).
Sejak tahun 2010 melakukan berbagai program untuk mengakomodasi ide dan inovasi
dari berbagai level jabatan di perusahaan: Antam GCG Champion, Konvensi
Mutu Antam, Temu Profesi Antam, dan Antam sharing knowledge. GCG
Champion merupakan proses pelatihan dan pemilihan role model dari
seluruh unit atau unit bisnis untuk menjadi change agent management.
Konvensi mutu Antam (KMA) ditujukan bagi para pegawai level analyst dan
administrator/operator. Temu Profesi Antam (TPA) ditujukan bagi para pegawai level
specialist. Antam sharing knowledge ditujukan bagi para pegawai level
manajer dan eksekutif. Kegiatan ini setiap bulan rutin dilakukan. Seluruh
hasil inovasi dari program tersebut di simpan dalam portal perusahaan (knowledge
portal) sehingga dapat diakses seluruh pegawai Antam.
Sementara itu, di tataran direksi, biasanya
setelah melakukan kunjungan bisnis harus melakukan sharing informasi
agar semua BOD punya kesemaan visi dan informasi sehingga ketika mengambil
tindakan punya tujuan yang sama.
Bagaimana dengan melakukan itu pada unit bisnis di luar kantor pusat?
Kami senantiasa berupaya mengintegrasikannya.
Misalnya di UBPN Sultra dan Unit Geomin. Di UBPN Sultra ada learning
department yang melaksanakan program pelatihan yang semua hasil training
record disimpan di perpustakaan learning department dan bisa diakses
setiap pihak terkait. Ada juga All Department & Bureau yang
melakukan troubleshooting dan improvement terkait operasional.
Sementara Processing & Engineering Bureau melaksanakan improvement
control sesuai prosedur mulai dari penyusunan kajian, pelaksanaan proyek,
serah-terima kepada pihak operasi. Lantas, Leader Mandatory (pada
section head ke atas). Karyawan level leader menjadikan budaya sharing
knowledge dan coaching & counseling sebagai KPI untuk membangun
pentingnya manajemen pengetahuan di setiap departmen. Ini sudah dilakukan sejak
2011.
Bagaimana hasilnya?
Hasil akhirnya ialah peningkatan revenue melalui
perbanyakan unit bisnis yang sukses serta peningkatan efisiensi dari unit
bisnis itu sendiri.
Ada contoh kongkret imbas penerapan GCG khususnya dalam perspektif
pengetahuan?
Waktu proyek pabrik feronikel line-3 tahun
2006-2007, kita melaksanakan dengan skema EBC Turn-key Project. Pabrik
itu cukup berdarah-darah waktu itu. Sering kita ditanyakan, kapan Antam perform
untuk pabrik feronikel 3? Meski akhirnya 2 tahun kemudian bisa perform.
Pola itu tidak dipakai saat ekspansi di pabrik
fornikel line-4, Pomalaa P3FP. Kita tidak lagi menggunakan scheme EBC Turn-Key
Project. Karena risikonya ada di Antam, bukan di kontraktor. Kontraktor
hanya meng-cover liquidity damage 5%. Berapa sih 5% itu? Kalau gagal
larinya ke kita. Akhirnya sekarang melakukan skema sendiri. Cutting cost-nya
besar sekali. Misalnya, proyek di fornikel di Halmahera Timur. Kalau menunjuk
EBC Turn-Key Project, nilai proyeknya bisa mencapai US$ 4 miliar.
Dikerjakan sendiri nilainya hanya US$ 1,6-1,7 miliar dengan kapasitas yang
sama.
Sumber :
____.
2011. Bankirnews. Pengertian Good Corporate
Governance (GCG)
(http://bankirnews.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1194:pengertian-good-corporate-governance-gcg&catid=68:good-corporate-governance&Itemid=101
)
Sensiganma. 2011. Scribd. Tujuan Penerapan GCG (http://www.scribd.com/doc/50502847/3/C-Tujuan-Penerapan-GCG